Friday, September 29, 2017

Mengawali dari Tengah

Berbicara sedikit tentang benda yg saya pakai menulis.
Lamaaaaaa sekali rasanya ga menulis lewat lepitoz alias laptop, biasanya cuma berbekal HP impian yg selalu dibeliin suami kalo ultah, hehehe....

Agak gagap rasanya ngetik lagi dengan layar yg lebih lebar, nyaman sih, tapi agak2 meraba2 mana yg harus diklik dan sebagainya, hahaha...norak lagi! Macem anak SMP baru lulus kursus Microsoft Word. Jaman sekarang masih ada kah les gituan??? hihihi...

Lepitoz ini semata pinjaman dari suami, modal untuk wanita yg katanya harus mengeluarkan 200ribu kata per hari. Banyak ye bok!

Maaf ya ketikannya alurnya random, tergantung gimana yg ngalir di kepala aja.
Semoga menginspirasi dan memberikan informa
si, alhamdulillah kalo mengilhami buat jalan2 juga 😁😁😁😁
Maap2 kalo ada yg masih kurang2, maklumlah saya baru belajar menulis lagi sejak lulus kuliah, yaaa kira2 12 tahun lalu, hahay tua nian!

Selamat menikmati 


Minggu ke-3 dan ke-4 di Taipei

Alhamdulillah udah menginjak minggu ke-4 saya survive menemani suami di sini. Meskipun kadang galau2 datang menyerang *apasih...
Memasuki minggu kesekian ini, saya pribadi merasa sudah mulai settle dengan kondisi lingkungan.

Minggu ketiga: Pindahan!

Berhubung rent house yang saya sewa hanya untuk 2 minggu saja, dan ketika mau perpanjang ternyata sudah ada orang yg book duluan, terpaksa kami harus hengkang dari rumah cozy tersebut.

Jauh-jauh hari saya dan suami mulai hunting di 591.com , situs andalan orang Taiwan untuk pasang iklan properti, berbekal google translate juga kami beranikan utk tanya-tanya via sms. Oiya, proses pengurusan simcard nanti saya bahas terpisah ya...
Selain di 591.com, ada juga beberapa grup di facebook yg isinya tentang sewa rumah antara lain:
  • Taipei Taiwan apartment rental
  • Taipei flat rental
  • Looking for roommates or apartments in Taipei and Taiwan
  • Room for rent - Taipei
  • Taiwan Rental assistance group
Setelah berhari-hari dan bermalam-malam nyari, akhirnya ketemu lah yg lumayan oke dan harganya ga merongrong kantong. Pertimbangan utama tetep yg gampang aksesnya ke kampus suami dong!
Kami nemu apartment lantai 1 (no need lift ya...), dengan luas sekitar 45meter persegi, furnished, dengan harga 20.000 NTD per bulan, dari budget awal 25,000 NTD, horeeeee.....
Kebetulan bangunannya juga baru selesai renovasi, jadi serasa masih cling....

Di sini, luas bangunan biasa disebutkan dalam satuan "ping" (3,3 meter persegi). Biasanya pemiliknya sudah memfasilitasi dengan furniture dan elektronik, bahkan ada yg sampe  perintilan dapur dijabanin, ckckck....salut!
Biaya seswa bervariasi tergantung spesifikasi yg kita cari, ada yg sudah termasuk management fee, air dan gas. Dan biasanya kita hanya tinggal membayar listrik saja, harga per KWh juga tergantung dari masing2 landlord.

Minggu Keempat: Gabung Komunitas dan Jalan bareng anak-anak

Taiwan sebetulnya menjadi salah satu negara tujuan banyak TKI mengadu nasib. Ada yang menjadi perawat manula, kerja di pabrik, penjaga resto atau toko, atau baby sitter. Jadi ga heran kalo selama saya lalu lalang di Taipei ini sering sekali berpapasan dengan wajah2 pribumi Indonesia. Mereka pasti melempar senyum ke saya, jelas aja, hanya saya yg berjilbab di antara sekian banyak orang di sebuah tempat.
Dan tak jarang saya juga dianggap berprofesi sama dengan mereka hehehe... udah nasib kalo yg iniπŸ˜†

Alhamdulillah juga, Taiwan menjadi salah satu negara yg muslim friendly, ini kalo kata adek saya, yg kebetulan sedang studi di sebrang kampus suami. Tapi memang sejauh ini saya yg berjilbab tidak pernah merasakan dipandang aneh atau dilecehkan karena atribut jilbab.

Taipei sendiri punya 2 masjid, satu Taipei Grand Mosque di Da'an, dan satu lagi di dekat Taipower Building Station. Nanti akan saya bahas bagaimana tampilannya ya....

Memasuki minggu ke-4 ini, berkat acara si A teman si B dan si C yg ternyata masih tetangga kami di Depok, alhamdulillah di sini saya jadi ada teman untuk bertanya ini itu, terutama yg menyangkut urusan per-emak2-an. πŸ˜‰πŸ˜‰

Dan dari teman2 baru inilah saya akhirnya bergabung ke dalam grup Pengajian Keluarga Muslim Indonesia. Isinya ibu2 muslim yg berada di Taipei dengan berbagai kepentingan, ada yg kuliah, bekerja, atau sekedar ikut suami macem saya ini.
Dari grup itulah saya bisa dengan bebas bertanya hal2 baru tentang Taipei dan dunia per-emak2an. Daaaaan....tau lebih banyak makanan halal dari mereka, cihuuuuy! 
Oiya, beberapa ibu juga ada yg open PO untuk makanan indonesia seminggu sekali, keren ya mereka yg akhirnya bisa berwirausaha sambil studi di sini... MasyaAllah!!!

Di minggu ini juga saya berani memutuskan untuk jalan keluar rumah sendiri dengan anak2 tanpa kawalan suami. Berbekal google map tentunya, aplikasi yg sangaaaaaat membantu mengenali daerah baru dan transportasi yg ada.
Alhamdulillah juga, Taipei ini minim kriminalitas, seperti penculikan, rampok, gangster, dan pelecehan seksual. Jadi wanita di sini bisa melenggang dengan santai dengan baju minim, dengan tas cangklek (shoulder bag), jalan malem2 sambil bawa gadget terkini. Tapi tetap ya, waspada buat saya itu harus!

View dari depan rumah

Ladang pertempuran baru

Minggu Ke-2 di Taipei

Lah, kenapa ini tiba2 judulnya minggu kedua di Taipei aja???

Jadi ternyata postingan dari berabad-abad lalu (lebay) pada kemana ya? Ternyata saya bikin 2 akun berbeda untuk satu email, hiyaaa....

Baiklah, better late than never kan ya. :) 

Iyups, jadi ini adalah minggu ketiga saya dan pasukan (baca: keluarga) tinggal di Taipei.
Kedatangan kami kesini adalah untuk menemani sang Ayah melanjutkan studi S2nya yg setahun di ITB dan setahun di NTU (National Taiwan University) dengan jurusan Teknik Elektro. FYI, kuliah S2 suami ini disponsori oleh kantor tercintanya, PT PLN.
Jadi karena suami dianggap memiliki prestasi dan lolos saringan masuknya alhamdulillah sekarang suami sedang merasakan lagi masa2 jadi mahasiswa (tua) hahaha...

Pengurusan Paspor dan visa, serta tetek-bengek perintilan sebelum kami sampai sini akan saya bahas lagi nanti ya... alurnya jd rada flashback.


Minggu Pertama: Alhamdulilllah landed safely

Jadi kalo boleh cerita singkat, awal2 kami sampe Taipei ini kami tinggal di rent house yang kami book via Airbnb setelah tawar-menawar sama pemiliknya yg ternyata belakangan saya baru tau kalo doi tidak bisa berbahasa inggris. Dan komunikasi dia dgn saya selama ini murni mengandalkan google translate, pantesan selama ini chatnya acak-adul bingits bahasanya. Huff...
Alhamdulillah dapet rumah yg lumayan oke, rapih dan spacy. Saya sewa langsung untuk 2 minggu. Mengingat suami akan sibuk dengan urusan kampusnya biasanya selama 2 minggu pertama. Harganya kalo buat sewa secara umum di Taipei ya mahal, NTD 18,000 (kurs saat ini Rp 430,-) sekitar 7juta rupiah sodara2.Tapi untuk ukuran menginap layak pake aplikasi Airbnb ini udah cukup murah. Ya daripada di hotel bisa jadi lebih mahal.

Karena bawa anak 2 yg masih kecil2, sebelum book saya konfirmasi dulu dengan pemilik rumah, tentang fasilitas penunjang untuk saya dan keluarga, seperti:
- Boleh kah bawa anak2, beberapa owner tidak mengijinkan karena berbagai alasan seperti safety maupun kerapihan
- Akses tangga atau lift, karena bawa 3 koper besar akan sulit tentu kalo harus naik tangga
- Apakah tersedia dapur, Taiwan adalah negara minoritas muslim, pertama kali yg terpikir adalah bahwa saya akan memasak tiap hari untuk menjaga kehalalan makanan kami
Dan berbagai pertimbangan lain seperti jumlah tempat tidur, fasilitas rumah yang sudah masuk dalam hitungan harga sewa.

Rent house kami bertempat di Distrik Yonghe, New Taipei City, sudah masuk pinggiran kota Taipei. Gapapa deh ya, yang penting deket ke kampus suami.
Lantai 1: Ruang tamu, dapur dan toilet
Kamar Tidur di lantai 2 yang sangat luas